Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Artikel Saya


Lambatnya Kemajuan di Indonesia?
Penulis    : Yahya Mustofa
Presma UIB  2010/2011
Sedang Menulis Buku (judul) “Antara Hati dan Pikiran Seorang Aktifis”

Indonesia merdeka sudah sejak tahun 1945, walaupun pada saat itu belum mendapat pengakuan dunia, karena dunia baru megakui kemerdekaan di Indonesia adalah pada tahun 1948, tapi ini termasuk masih lebih dahulu di bandingkan kemerdekaan di negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia, Malaysia lepas dari jajahan Inggris masih sekitar tahun 50-an, sehingga banyak yang mengatakan bahwa Indonesia adalah kakak tuanya Malaysia, hal ini juga tidak hanya menjadi sebuah istilah saja, tetapi dalam kenyataannya Malaysia memang banyak berkiblat di Indonesia, Indonesia banyak memberikan inspirasi bagi Malaysia yang pada saat itu merupakan negara yang baru saja merdeka. Seperti pada bidang pendidikan misalnya, banyak guru- guru di malaysia yang di impor dari Indonesia, kemudian banyak pemuda- pemuda malaysia pada saat itu yang kuliah di Indonesia, hal ini membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia pada saat itu memang di pandang oleh malaysia lebih maju. Sangat berbeda dengan keadaan saat ini, malaysia tidak lagi mengimpor guru dari Indonesia, melainkan TKI & TKW yang di Impor, dan para pemuda di Malaysia juga menjadi enggan untuk kuliah di Indonesia, malah justru para pemuda Indonesia yang sekarang berbondong- bondong untuk kuliah di negeri tetangga yang katanya negara satu rumpun dengan kita itu. 

Ironis memang melihat fenomina ini, fenomena ini juga menjadi gambaran bahwa Indonesia yang startnya bersamaan bahkan malah lebih dahulu dari malaysia ini mengalami perlambatan kemajuan di semua lini, baik di bidang pendidikan, ekonomi, mungkin hanya di bidang seni dan budaya yang Indonesia masih lebih agak unggul, tetapi hal ini pun juga kurang memberikan dampak di kanca Internasional. Banyak analisis yang menggambarkan penyebab permasalah ini, ada yang mengatakan bahwa kenapa Indonesia bisa mengalami kelambat kemajuan kususnya di bidang ekonomi karena kurang nya kepastian hukum di Indonesia, investor kurang mendapatkan jaminan keamanan untuk menginvestasikan modalnya di Indonesia, setabilitas politik di Indonesia yang labil yang menyebabkan kekawatiran para investor.

Tetapi kalo analisis saya tidak hanya di sebabkan masalah itu saja, hal yang paling mendasar yang melatarbelakangi Indonesia mengalami ketertinggalan dengan Malaysia atau mungkin bahkan tidak hanya Malaysia tetapi juga dengan negara- negara berkembang yang lain ini disebabkan karena masalah teretorial di indonesia yang terdiri dari pecahan- pecahan daratan, ada ribuan pulau di Indonesia, mulai pulau- pulau yang besar seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, pulau- pulau menengah seperti Bali, Sumbawa, Madura, Kepri, sampai pulau- pulau kecil di kepulauan seribu. Semua pulau- pulau di atas bukanlah pulau yang tidak berpenghuni, tetapi ada 227.556.363 penduduk Indonesia (data BPS 2010)** tersebar di pulau- pulau di Indonesia, sampai pulau- pulau kecil di pun ada penduduk Indonesia di situ.Hal ini mengakibatkan untuk melakukan pembangunan di Indonesia sangatlah besar biayanya. 

Dapat di bayangkan untuk mendistribusikan Bahan Bakar Minyak dari Blok Penampungan ke seluruh wilayah di Indonesia harus menggunakan kapal Tangker dan melewati laut, bahkan alur distibusi tidak hanya berhenti sampai di situ saja, untuk pendistribusian ke pulau- pulau kecil yang berpenghuni yang jumlahnya ribuan masih harus menggunakan alat transportasi lagi, tentunya biaya transortasinya juga menjadi bertambah, sementara Bahan Bakar Minyak di seluruh SPBU milik pertamina harganya sama. Hal ini berarti Pemerintah harus mensubsidi lebih besar untuk Bahan Bakar Minyak di wilayah- wilayah yang jauh dari Blok Penampungan Minyak, karena panjangnya distribusi dan harus melewati laut. Tidak hanya Bahan Bakar Minyak, tetapi untuk hal- hal yang lainnya juga mengalami hal yang sama, misalnya distribusi bahan pokok makanan, bahan bangunan, bahkan sampai biaya transportasi antar daerah juga menjadi mahal, misalnya biaya transportasi dari Papua ke Jawa, yang harus menggunakan Jalur Udara, dan untuk biaya berangkatnya saja bisa mencapai 3.5 juta rupiah, ini juga yang akhirnya mengakibatkan masyarakat papua hanya sedikit yang bisa mendapatkan fasilitas pendidikan di Jawa, padahal kita semua tahu memang fasilitas pendidikan di Jawa masih lebih baik di bandingkan di daerah- daerah yang lain, ya wajar saja, Perguruan Tinggi di Jawa usianya memang lebih tua.

Jadi memang di butuhkan biaya yang sangat tinggi untuk melakukan pemerataan di Indonesia, baik di bidang ekonomi, infrastrutur, sampai Sumber Daya Manusia dan Pendidikan. Fenomena ini berbeda dengan  yang terjadi di negara lain, misalnya malaysia yang wilayahnya hanya terdiri dari dua pulau besar, kemudian negara- negara di eropa, yang antara negara satu dengan yang lainnya terdiri dari satu daratan, di eropa untuk pergi ke negara lain cukup munggunakan kereta api, apalagi untuk pergi di wilayah nya sendiri. Jadi untuk pemerataan pembangunan di negara yang terdiri dari satu daratan memeng lebih mudah. Kita ambil contoh misalnya di pulau jawa,harga soto di jawa barat, jawa tengah dan jawa timur, hampir sama, atau mungkin kalaupun ada selisih sangat sedikit, berbeda misalnya harga soto di jawa timur yang harganya hanya 5.000 rupiah, di Makasar  bisa mencapai 15.000 rupiah, belum lagi di Papua dan daerah- daerah yang lain.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Anonim mengatakan...

menurut aku ini adalah salah satupenyebab kemunduran dari sudut pandang keulauan indonesia yang banyak dan terpencar sehingga menyulitkan transportasi dan pemerataan. setuju.

Anonim mengatakan...

cepetan update ya?
makasih kamu udah komentar banyak.

blog_yahya mengatakan...

Peh lagi ndak mut nulis ki yu, pye yo sulusinya...?

Auto Like Facebook mengatakan...

artikel yang keren mas

Posting Komentar